Jumat, 10 November 2017

GUGUS PERGI DAN PENGARUH GUGUS TETANGGA (BAGIAN III)

Partisipasi Gugus Tetangga Melalui Ikatan p dan s
            Semua gugus tetangga yang telah dibicarakan di atas melakukan serangan internal dengan menggunakan pasangan elektron pasangan elektron bebas. Di dalam diskusi selanjutnya akan dibicarakan partisipasi melalui ikatan p C=C serta ikatan s C-C dan C-H. Pastisipasi ini ada yang melibatkan spesies-antara yang disebut dengan karbokation non-klasik. Di dalam karbokation non-klasik, muatan positif berlokasi pada satu atom karbon atau terdelokalisasi melalui resonansi yang melibatkan pasangan elektron bebas atau ikatan rangkap dua atau ikatan rangkap tiga dalam posisi alilik. Jika suatu ikatan rangkap dua atau rangkap tiga karbon-karbon berpartisipasi dalam proses perginya gugus-pergi untuk membentuk karbokation, maka hal itu dimungkinkan melibatkan karbokation non-klasik, meskipun tidak selalu berkaitan. Ada empat kemungkinan:
    1.     Gugus pergi dapat pergi tanpa bantuan, dan kemudian ion non-klasik terbentuk. Dalam hal ini, tidak ada peningkatan kecepatan reaksi (dibandingkan dengan reaksi yang sama yang berjalan pada siklopentil tosilat).
    2.     Ikatan rangkap dua atau rangkap tiga karbon-karbon membantu perginya gugus-pergi namun hanya menghasilkan karbokation klasik yang terbuka. Dalam hal ini, kecepatan reaksi meningkat namun tidak ada karbokation non-klasik yang terlibat.
    3.     Bantuan gugus dan ion non-klasik terlibat.
    4.     Tidak membantu ionisasi membentuk karbokation klasik. Terjadinya peningkatan kecepatan reaksi biasanya dijadikan bukti tentang adanya bantuan gugus, namun bukan selalu menjadi bukti adanya karbokation nonklasik. Ada beberapa fakta yang dapat digunakan sebagai bukti adanya partisipasi ikatan p dan s serta keberadaan karbokation non-klasik.
C=C sebagai gugus tetangga
Bukti yang kuat bahwa gugus C=C dapat bertindak sebagai gugus tetangga adalah asetolisis senyawa 8 lebih cepat 1011 kali daripada senyawa 9, dan berlangsung dengan mempertahankan konfigurasi. Data kecepatan reaksi sendiri bukanlah menjadi bukti penting bahwa asetolisis tersebut melibatkan karbokation non-klasik sebagai spesies-antara, tapi adalah bukti yang kuat bahwa gugus C=C membantu perginya gugus OTs. Bukti yang kuat untuk kebedaan karbokation non-klasik datang dari studi NMR kation norbornaldienil (10) yang relatif stabil. Spektrum spesies kimia tersebut memperlihatkan proton 2 dan 3 tidak ekuivalen dengan proton 5 dan 6.
  
Jadi ada interaksi antara karbon bermuatan dengan satu ikatan rangkap dua, yang mana dapat dijadikan bukti untuk keberadaan ion non-klasik yang analog dengannya.
Siklopropil sebagai gugus tetangga
            Sebagaimana telah diketahui bahwa cincin siklopropana mempunyai kemiripan sifat dengan ikatan rangkap dua. Oleh karena itu, tidaklah mengerankan jika cincin yang berada pada posisi yang tepat maka dapat berpartisipasi sebagai gugus tetangga.
Cincin aromatik sebagai gugus tetangga
Banyak sekali bukti bahwa cincin aromatik dalam posisi-β dapat berfungsi sebagai gugus tetangga yang dapat berpartisipasi. Bukti secara stereokimia diperoleh melalui solvolisis L-treo-3-fenil-2-butil tosilat (senyawa 16) di dalam asam asetat. Sebanyak 96 % produk asetat yang diperoleh adalah isomer treo dan sekitar 4% saja isomer eritro. Lebih dari itu, kedua isomer D dan L treo (17) dan (18) dihasilkan dalam jumlah yang hampir sama (campuran rasemik). Jika solvolisis dijalankan di dalam asam format maka lebih sedikit lagi isomer eritro yang diperoleh. Hasil ini mirip dengan yang ditemukan pada reaksi 3-bromo-2-butanol dengan HBr, dan hal ini mengarahkan kepada kesimpulan bahwa konfigurasi dipertahankan karena fenil bertindak sebagai gugus tetangga yang dapat berpartisifasi. 
Ikatan tunggal karbon-karbon sebagai gugus tetangga
Pengamatan tentang keterlibatan ikatan tungggal C-C sebagai gugus tetangga dilakukan pada sistem 2-norbornil. Solvolisis dalam asam asetat ekso-2-norbornil brosilat (20) menghasilkan campuran rasemik dari dua asetat ekso, dan tidak ada isomer endo yang terbentuk.
 
Metil sebagai gugus tetangga  
            Pada solvolisis sistem neopentil seperti neopentil tosilat (22), hampir seluruhnya produknya adalah hasil penataan ulang, dan sudah dipastikan bahwa spesies 23 terdapat dalam jalur reaksi tersebut.
Hidrogen sebagai gugus tetangga
Ada beberapa fakta bahwa hidrogen-β dapat berpartisipasi. Bukti bahwa spesies 25 dapat sebagai spesies-antara dalam reaksi solvolisis datang dari studi solvolisis asam trifluoro sek-butil terdeuterium tosilat (26). Di dalam pelarut nukleofil yang sangat lemah, produknya adalah campuran equimolar senyawa 27 dan 28, tapi tidak ada 29 atau 30 ditemukan. Jika reaksi ini tidak melibatkan sama sekali partisipasi hidrogen (murni SN2 atau SN1) maka produknya hanya senyawa 27
 
Pada sisi lain, jika hidrogen berpindah, tapi hanya kation terbuka yang terlibat maka akan ada kesetimbangan empat kation. 
Mekanisme SNi
            Di dalam sebagian kecil reaksi, substitusi nukleofilik berlangsung dengan mempertahankan konfigurasi, bahkan tidak memungkinkan adanya efek gugustetangga. Di dalam mekanisme SNi (substitusi nukleofilik internal), bagian guguspergi harus mampu menyerang substrat dari arah di mana tersebut pergi. Reaksi antara tionil klorida dengan alkohol menghasilkan alkil klorida adalah contoh dari reaksi jenis ini. Tahap pertama reaksi ini adalah pembentukan klorosulfit yang kemudian mengalami transformasi menjadi alkil klorida melalui tahap ionisasi yang sangat mirip dengan tahap pertama SN1, tapi tahap selanjutnya adalah serangan bagian gugus-pergi dari arah depan. Hasilnya adalah pertahanan konfigurasi.
Permasalahan:

               1.       apakah perginya gugus-pergi bersamaan dengan terbentuknya ikatan CH3-C (dalam hal ini, apakah gugus metil berpartisipasi)?;
               2.       apakah spesies 22 merupakan spesies-antara ataukah hanya sebagai keadaan transisi?
               3.       Bagaimana partisipasi karbokation non klasik ?
 

    1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar