Konsep-konsep yang diperlukan dalam mempelajari struktur molekul senyawa organik : 1. Keelektronegatifan
Keelektronegatifan adalah kecenderungan suatu atom
untuk bermuatan negatif atau untuk menangkap elektron dari atom lain.
Besarnya keelektronegatifan dapat diukur dengan menggunakan skala
Pauling. Harga skala Pauling berkisar antara 0,7 – 4,0 (http://tatangsma.com/2015/07/pengertian-keelektronegatifan-dan-skala-pauling.html).
Secara umum, keelektronegatifan
meningkat dari kiri kekanan dalam satu periode,seiring dengan berkurangnya
sifat logam dari unsur-unsur tersebut. Dalam satu golongan, keelektronegatifan
berkurang dengan bertambahnya nomor atom, yang menunjukkan semakin bertambahnya
sifat logam dari unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur yang paling
elektronegatif-halogen, oksigen, nitrogen dan belerang, terdapat pada sudut
kanan atas tabel periodik, sementara unsur-unsur dengan keelektronegatifan
terendah (logam alkali dan alkali tanah) (Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta : Erlangga.267).
Semakin besar keelektronegatifan, unsur cenderung makin mudah membentuk
ion negatif. Semakin kecil keelektronegatifan, unsur cenderung makin
sulit membentuk ion negatif, dan cenderung semakin mudah membentuk ion
positif.
Akan tetapi perlu diingat bahwa golongan VIIIA tidak mempunyai
keelektronegatifan. Hal ini karena sudah memiliki 8 elektron di kulit
terluar. Jadi keelektronegatifan terbesar berada pada golongan VIIA (Utami, B. A. N. Catur Saputro, L. Mahardiani, dan S. Yamtinah, Bakti
Mulyani.2009. Kimia : Untuk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 250.)
Tabel 1. Skala Elektronegativitas Unsur-Unsur dalam Tabel Periodik Unsur
Pertimbangkan ikatan antara dua atom, atom P dan atom Q. Jika atom
sama-sama elektronegatif, keduanya memiliki kecenderungan yang sama
untuk menarik pasangan elektron ikatan, dan sehingga akan ditemukan
rata-rata setengah jalan antara dua atom tersebut.
Untuk mendapatkan ikatan seperti ini, atom P dan atom Q biasanya
harus menjadi atom yang sama. Anda akan menemukan semacam ikatan ini,
misalnya, pada molekul H2 atau Cl2 Catatan sangat
penting untuk menyadari bahwa ini adalah gambaran rata-rata. Elektron
sebenarnya dalam orbital molekul, dan bergerak di sekitar sepanjang
waktu dalam itu orbital. Ini semacam ikatan bisa dianggap sebagai ikatan
kovalen di mana elektron dibagi secara merata antara dua atom (http://ilmualam.net/apa-itu-keelektronegatifan.html).
2. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah gaya tarik menarik yang lemah antara atom
elektronegatif (seperti atom fluor, oksigen, atau nitrogen, dan atom
hidrogen) terikat pada atom elektronegatif lain. Ikatan hidrogen
bertanggung jawab atas sifat yang dimiliki air dan banyak molekul
biologis lainnya
Senyawa kovalen polar memiliki molekul dengan muatan negatif parsial
pada satu sisi dan muatan positif parsial di sisi lain. Perbedaan
polaritas ini terjadi karena senyawa mengandung ikatan polar. Dalam
ikatan polar, satu atom menarik elektron bersama lebih kuat dari atom
lain. Dalam beberapa molekul polar yang mengandung atom hidrogen, muatan
positif parsial atom hidrogen dari satu molekul tertarik dengan muatan
negatif parsial dari sebuah atom dari molekul di dekatnya. Gaya
tarik-menarik ini yang kemudian disebut ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen
adalah ikatan kimia yang relatif lemah, tapi mereka menambah energi
yang diperlukan supaya molekul dapat bergerak terpisah dari satu sama
lain ketika terjadi perubahan keadaan dari padat ke cair atau dari cair
ke gas. Hal ini menjelaskan mengapa senyawa kovalen polar memiliki titik
leleh dan titik didih yang relatif tinggi (http://fungsi.web.id/2015/10/pengertian-ikatan-hidrogen.html).
3. Gaya Van Der Waals
Johannes Diderik van der Waals (23 November 1837 – 8 Maret
1923) ialah ilmuwan Belanda yang terkenal “atas karyanya pada persamaan gas
cairan”, sehingga ia memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisika pada 1910. van
der Waals adalah yang pertama menyadari perlunya mengingat akan volume molekul
dan gaya antarmolekul (kini disebut “gaya van der Waals”) dalam mendirikan
hubungan antara tekanan, volume, dan suhu gas dan cairan.
Gaya van der Waals dalam ilmu kimia merujuk
pada jenis tertentu gaya antar molekul. Istilah ini pada awalnya merujuk pada
semua jenis gaya antar molekul, dan hingga saat ini masih kadang digunakan
dalam pengertian tersebut, tetapi saat ini lebih umum merujuk pada gaya-gaya
yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol.
Gaya Van Der Waals
terjadi akibat interaksi antara molekul-molekul non polar (Gaya London), antara
molekul-molekul polar (Gaya dipole-dipol) atau antara molekul non polar dengan
molekul polar (Gaya dipole-dipol terinduksi). Ikatan Van Der Waals terdapat
antar molekul zat cair atau padat dan sangat lemah. Gaya Van Der Waals dahulu
dipakai untuk menunjukkan semua jenis gaya tarik-menarik antar molekul. Namun
kini merujuk pada pada gaya-gaya yang timbul dari polarisasi molekul yang
terlemah menjadi dipole seketika. Pada saat tertentu, moleku-molekul dapat
berada dalam fase dipole seketika ketika salah satu muatan negative berada di
sisi tertentu. Dalam keadaan dipol ini, molekul dapat menarik atau menolak
electron lain dan menyebabkan atom lain menjadi dipole. Gaya tarik menarik yang
muncul sesaat ini merupakan gaya Van Der Waals (http://kreatifitasbelajar.blogspot.co.id/2013/05/bismut.html).
a. Gaya London
Gaya London ditemukan oleh fisikawan Jerman yang bernama Fritz London pada tahun 1928. Gaya London (gaya dispersi) merupakan gaya tarik- menarik antarmolekul
nonpolar akibat adanya dipol terimbasyang ditimbulkan oleh perpindahan
elektron dari satu orbital ke orbital yang lain membentuk dipol sesaat.
Gaya London mengakibatkan molekul non¬polar bersifat agak polar.
Jenis gaya tarik yang sangat lemah ini umumnya terjadi di antara
molekul-molekul kovalen nonpolar, seperti N2, H2, atau CH4. Gaya tarik
ini dihasilkan oleh menyurut dan mengalirnya orbital-orbital elektron
sehingga memberikan pemisahan muatan yang sangat lemah dan sangat
singkat di sekitar ikatan. Gaya London meningkat seiring bertambahnya
jumlah elektron. Gaya London juga meningkat seiring bertambahnya massa
molar zat, sebab molekul yang memiliki massa molar besar cenderung
memiliki lebih banyak elektron. Adanya percabangan pada molekul akan
menurunkan kekuatan gaya London, sebab adanya percabangan akan
memperkecil area kontak antarmolekul. Titik didih senyawa sebanding
sekaligus mencerminkan kekuatan gaya London.
b. Gaya Tarik Dipol
Molekul-molekul polar cenderung menyusun
diri dengan cara saling mendekati kutub positif dari suatu molekul
dengan kutub negatif molekul yang lain. Gaya tarik-menarik ini disebut
gaya tarik dipol. Semakin besar momen dipol yang dimiliki suatu senyawa,
semakin besar gaya tarik dipol yang dihasilkan. Gaya ini lebih kuat
daripada gaya London. Oleh karena itu, molekul yang mengalami gaya tarik
dipol memiliki titik didih dan titik leleh yang lebih tinggi daripada
molekul yang mengalami gaya London (Mr hampir sama).
Momen dipol adalah ketika suatu molekul membentuk pusat muatan negatif dan pusat muatan positif.Molekul yang membentuk pusat muatan negatif dan pusat muatan positif
disebut sebagai molekul dipolar, atau molekul yang memiliki momen dipol.
Sifat dipolar dari sebuah molekul ini, biasanya digambarkan dengan
adanya panah yang menunjukkan ujung negatifnya, kemudian bagian
ekor(belakang) panah menggambarkan tanda positif(+). Berikut ini
contohnya untuk molekul HF:
Momen dipol merupakan suatu besaran vektor yang digambarkan menggunakan momentikatan.
Jika jumlah vektor momen-momen ikatan lebih besar dari nol, maka
molekul tersebut bersifat polar, sebaliknya jika jumlah vektor
momen-momen ikatan sama dengan nol, maka maka molekul tersebut bersifat
nonpolar. Momen ikatan terbentuk jika dua atom yang berikatan dalam suatu senyawa memiliki perbedaan keelektronegatifan.
Elektron yang yang ditarik oleh atom yang lebih elektronegatif
menunjukan arah momen ikatan dan ditunjukan menggunakan tanda → dari
atom yang kurang elektronegatif menuju atom yang lebih elektronegatif.
Akibat tarikan elektron
yang terjadi, terbentuk semacam kutub negatif pada atom yang lebih
elektronegatif, sedangkan pada atom yang kurang elektronegatif akan
terbentuk semacam kutub positif. Kutub positif atau negatif yang terbentuk disebut muatanparsial,
yang digambarkan menggunakan simbol delta (δ). Muatan parsial negatif
(δ¯) diberikan pada unsur yang lebih elektronegatif dan muatan parsial
positif (δ+) diberikan pada unsur yang kurang elektronegatif (lebih elektropositif) (https://wanibesak.wordpress.com/tag/momen-dipol/)
5. Gugus Fungsi Gugus fungsi adalah gugus atom dalam molekul yang menentukan ciri atau
sifat suatu senyawa. Gugus fungsi ini merupakan atom selain atom karbon
dan atom hidrogen dalam senyawa hidrokarbon dan membentuk ikatan
rangkap. Adapun bagian-bagian dari molekul yang hanya terdiri dari atom
karbon dan hidrogen saja serta hanya mengandung ikatan tunggal saja
disebut gugus-gugus non fungsional(http://www.sridianti.com/pengertian-gugus-fungsi.html).
Atom atau kelompok atom yang paling menentukan sifat suatu senyawa
dan merupakan ciri khas dari suatu deret homolog kimia karbon disebut gugus fungsi.
Jika etana (C2H6) memiliki deret homolog alkana, dan satu atom H-nya
digantikan dengan gugus alkohol (—OH) maka menjadi C2H5OH. Maka, akan
berdampak pada perubahan sifat senyawa (fisis dan kimia) dari etana ke
etanol (C2H5OH). Kesimpulan: gugus fungsi akan membuat sifat dan struktur alkana berubah, tetapi masih dalam satu deret homolog. di bawah ini adalah daftar dari gugus fungsi senyawa karbon:
GUGUS FUNGSI
Gugus fungsi —OH (alkohol atau alkanol) Pada pembahasan di atas etana berbeda dengan etanol. Etanol
termasuk ke dalam gugus alkohol karena mempunyai gugus fungsi —OH dalam
rumus kimianya (C2H5OH). Seperti pada pelajaran sifat koligatif larutan,
alkohol mudah menguap jadi sering digunakan untuk parfum.
Gugus fungsi —O— (eter atau alkoksialkana) Disebut alkosialkana karena penggabungan dari kata: Al , oksi, alkana. Yang artinya (ambil contoh CH3—CH2—O—H3)
^^^Al = adalah rantai karbon sebelah kiri eter yaitu CH3—CH2 atau C2H5 (etil)
^^^O = eter (—O—)
^^^Alkana = adalah alkana yang atom H-nya menjadi gugus alkil yaitu CH3
Gugus fungsi —CHO (aldehida atau alkanal) Disebut alkanal karena mempunyai gugus mirip dengan alkohol dan
asam karboksilat, ada OH dan COOH-nya. Nah, dalam aldehida terdapat
dalam formalin dan pengawetan mayat
Gugus fungsi —CO— (keton atau alkanon) Gugus fungsi ini disebut keton karena mengandung atom karbon
dan oksigen berjumlah satu (1). Karbon mewakili hurus Ke, dan oksigen
mewaklili huruf ton dalam nama turunan alkana keton. Keton biasanya
digunakan untuk pembersih kuku.
Gugus fungsi —COOH (asam karboksilat atau asam alkanoat) Turunan alkana satu ini berbeda sama sekali karena nantinya
dalam tata nama senyawa, hanya asam karboksilat-lah yang menggunakan
nama depan asam serta menandakannya dengan huruf yunani alpha, beta,
gamma, dan omega. Contohnya CH3COOH dalam asam cuka
Gugus fungsi —COOR (ester atau alkil alkanoat) Disebut alkil alkanoat karena R mewakili alkil, dan COO
mewakili alkanoat dalam gugus fungsinya. Nama ester hampir mirip dengan
nama eter, jadi harus hati-hati ya dalam tata namanya nanti
Gugus fungsi —X (haloalkana atau alkil halida)
Turunan alkana satu ini mempunyai nama yang unik yaitu haloalkana,
seolah-olah menyapa turunan alkana gitu lho. Ckckck. Gugus X dalam
turunan alkana ini adalah atom-atom halogen (golongan VIIA). Alkil
halida disebut juga monohaloalkana (https://amaldoft.wordpress.com/2015/10/26/gugus-fungsi-dan-senyawa-turunan-alkana-turunan-alkana/).
6. Efek Induksi, Resonansi dan Hiperkonjugasi
Ikatan C-C dalam etana adalah nonpolar sempurna karena ikatan tersebutmenghubungkan dua atom yang ekuivalen. Akan tetapi ikatan C-C dalam kloroetana terpolarisasi oleh adanya atom klor elektronegatif. Polarisasi ini sebenarnya adalah jumlah dari dua efek. Pertama, atom C-1 telah kekurangan sejumlah kerapatan elektronnya oleh elektronegativitas Cl yang lebih besar, diganti secara parsial oleh ikatan C-C yang ada didekatnya mengakibatkan polarisasi ikatan ini dan suatu muatan positif kecil pada atom C-2. Polarisasi satu ikatan yang disebabkan oleh polarisasi ikatan tetangga disebut efek induksi. Efek ini tidak hanya dirasakan oleh ikatan tetangga, namun dapat pula berpengaruh sampai ikatan yang lebih jauh. Efek ini berkurang dengan bertambahnya jarak. Polarisasi ikatan C-C menyebabkan pula sedikit polarisasi tiga ikatan C-H metil.
Resonasi dan induksi tidak perlu bekerjanya dalam arah yang sama. Di dalam keadaan dasar (ground state) efek-efek ini bekerja secara permanen dan dapat nyata dalam sejumlah sifat-sifat molekul. Salah hal yang paling ideal yang berhubungan dengan efek induksi adalah kecepatan solvolisis 4-(4-alkilbisiklo[2.2.2]oktan-1-ilbrosilat dalam asam asetat pada 75 derajat C. Kecepatan relatif diberikan sebagai berikut:
Ikatan delokal ditemukan dalam senyawa-senyawa tidak jenuh yang mengandung satu atau lebih orbital ikatan yang tidak terbatas pada dua atom, tetapi menyebar sampai kepada tiga atom atau lebih. Ikatan yang demikian disebut ikatan delokal. Dalam metode ikatan valensi, untuk melukiskan struktur yang sebenarnya dari molekul semacam ini, beberapa struktur Lewis (bentuk kanonik) dituliskan, kemudian diambil bobot rata-rata mereka. Bobot rata-rata dari dua bentuk atau lebih disebut resonansi.
Hiperkonjugasi. Jenis delokalisasi ketiga adalah yang melibatkan elektron σ, dan disebut hiperkonjugasi. Jika suatu karbon yang mengikat atom hidrogen dan terikat pada atom tak jenuh atau pada satu atom yang mempunyai orbital bukan ikatan maka untuknya dapat dituliskan bentuk kanonik seperti :
Di dalam bentuk kanonik seperti itu sama sekali tidak ada ikatan antara karbon dengan hidrogen, dan resonansi seperti itu disebut resonansi tanpa ikatan. Hidrogen tidak pergi (karena resonansi tersebut bukanlah suatu hal yang nyata melainkan hanya bentuk kanonik yang berkontribusi ke struktur molekul nyata). Efek struktur 9 pada molekul nyata adalah elektron dalam C-H lebih dekat ke karbon daripada jika struktur 9 tidak berkontribusi (Firdaus, 2009. Modul Pembelajaran Kimia Organik Fisik 1. Makassar : UNHAS).
7. Tautomeri
Bagi kebanyakan senyawa, semua molekul mempunyai struktur yang sama, apakah struktur tersebut dapat memuaskan atau tidak dinyatakan dengan struktur Lewis. Tetapi ada juga senyawa lain yang ada dalam satu campuran dari dua atau lebih senyawa yang secara struktural berbeda, dan campuran berada dalam kesetimbangan yang cepat. Jika fenomena ini (disebut tautomeri) ada maka ada pergeseran bolak-balik yang cepat antara molekul-molekul yang kesetimbangan tersebut. Di dalam peristiwa ini ada proton yang berpindah dari satu atom dalam satu molekul ke atom yang lain menjadi molekul lain (Firdaus, 2009. Modul Pembelajaran Kimia Organik Fisik 1. Makassar : UNHAS).
Tautomer adalah isomer-isomer
yang berbeda satu dengan yang lainnya hanya pada posisi ikatan rangkap dan
sebuah atom hidrogen berhubungan. Tautomer keto suatu senyawa karbonil
mempunyai struktur karbonil seperti diharapkan. Tautomer enol (dari –ena+-ol)
yang merupakan suatu alcohol vinilik, terbentuk dengan serah-terima sebuah
hidrogen asam dari karbon α ke oksigen karbonil. Karena atom hidrogen berada
dalam posisi yang berlainan, kedua bentuk tautometrik ini bukanlah
struktur-resonansi, melainkan dua struktur berlainan yang berada dalam
kesetimbangan. (harus diingat bahwa struktur-struktur resonansi berbeda hanya
dalam posisi elektron).
Kestabilan (ketidakreaktifan) sikloalkana pada mulanya dijelaskan
dengan “teori regangan Baeyer” (Baeyer’s strain theory). Menurut teori
ini, senyawa siklik seperti halnya sikloalkana membentuk cincin datar.
Bila sudut-sudut ikatan dalam senyawa siklik menyimpang dari sudut
ikatan tetrahedral (109,50) maka molekulnya mengalami
regangan. Makin besar penyimpangannya terhadap sudut ikatan tetrahedral,
molekulnya makin regang, dan berakibat molekul tersebut makin reaktif. Jika ditinjau dari segi regangan cincinnya, yang dihitung berdasarkan
harga kalor pembakaran, terbukti bahwa harga regangan total cincin yang
terbesar adalah pada siklopropana, disusul dengan siklobutana, dan
siklopentana. Pada sikloheksana harganya = 0, yang sama dengan harga
senyawa rantai terbuka. Besarnya harga regangan pada siklopropana
tersebut disebabkan oleh adanya regangan sudut dan regangan sterik.
Makin besar penyimpangannya dari sudut tetrahedral, makin besar pula
regangan sudutnya. Dalam usaha mengurangi regangan agar diperoleh kestabilan, molekul
sikloalkana mengalami konformasi. Pada siklopentana konformasinya
mengakibatkan keempat atom karbonnya berada dalam satu bidang dan atom
karbon kelima membentuk ikatan bengkok. Pada sikloheksana konformasinya
mengakibatkan semua ikatan C-C-C mempunyai sudut 109,50.
Salah satu dari konformasi pada sikloheksana dinamakan konformasi kursi,
yang ditandai oleh adanya dua macam orientasi ikatan C-H, yaitu enam
buah ikatan C-H aksial dan enam buah ikatan C-H ekuatorial. Dikenal pula
adanya konformasi perahu pada sikloheksana, yang kestabilannya lebih
rendah daripada konformasi kursi. Jika satu atom H pada sikloheksana
diganti oleh gugus –CH3 atau gugus lain, maka gugus –CH3/
gugus lain tersebut dapat berposisi aksial/ ekuatorial. Dalam hal ini
konformasi yang lebih stabil adalah konformasi dengan gugus –CH3 berposisi ekuatorial. Bila sikloalkana mengikat substituen pada dua atau lebih atom karbon,
maka terjadi isomer cis-trans. Salah satu contohnya adalah pada
1,2-dimetilsiklopentana. Dalam penggambaran strukturnya, cincin
siklopentana digambarkan sebagai segilima datar, dengan ketentuan bila
kedua substituennya terletak pada sisi yang sama dari bidang cincin
dinamakan isomer cis, sedangkan bila berseberangan dengan bidang cincin
dinamakan isomer trans. Pada sikloheksana juga dijumpai isomer-isomer
cis-tans, yang bila digambarkan dengan konformasi kursi, yang
masing-masing substituen dapat berposisi aksial atau ekuatorial.
Sifat-sifat fisika dan kimia sikloalkana hampir sama dengan alkana,
yaitu nonpolar, titik didih dan titik leburnya sebanding dengan berat
molekulnya, dan inert (lambat bereaksi dengan senyawa lain). Reaksi
sikloalkana dengan oksigen dapat menghasilkan CO2 dan H2O,
sedangkan dengan halogen terhadi reaksi substitusi atom H oleh atom
halogen. Khusus untuk siklopropana dan siklobutana, dengan kondisi
reaksi khusus, dapat mengalami pemutusan cincin (https://isepmalik.wordpress.com/2012/04/21/sikloalkana/).
terima kasih atas kunjungannya :) saya akan menjelaskan hubungan polaritas dengan keelektroegatifan : Perbedaan keelektronegatifan Senyawa yang ion-ionnya membentuk 2 kutub dengan muatan yang berlawanan (δ+ dan δ-) menyebabkan terbentuknya suatu dipol. Semakin besar perbedaan keelektronegatifan atom-atom dalam suatu molekul, menyebabkan molekul tersebut bersifat semakin polar.Contoh : HCl keelektronegatifan H=2,1 dan Cl=2,8 maka H cenderung bermuatan positif (H+) dan Cl cenderung bermuatan negatif (Cl-), sehingga terjadi 2 kutub (dipol). Catatan : Jika dicampurkan dengan pelarut akan larut. Jika senyawa yang ion-ionnya bermuatan sama (δ+ dan δ+) atau (δ- dan δ-) tidak ada perbedaan keelektronegatifan (perbedaan keelektronegatian = 0), sehingga tidak terbentuk muatan / dipol. Jika dilarutkan terjadi pengendapan
trimkasih atas paparan ilmunya, sangat bermanfaat..
BalasHapusTerimakasih atas materinya, sangat bermanfaat. Saya mau tanya, apa hubungan polaritas dan keelektronegatifan? Terimakasih
BalasHapusTerimakasih atas penjelasannya sangat bermanfaat dan materi disampaikan secara lengkap dan rinci. Good job :)
BalasHapusterima kasih atas kunjungannya :)
BalasHapussaya akan menjelaskan hubungan polaritas dengan keelektroegatifan : Perbedaan keelektronegatifan Senyawa yang ion-ionnya membentuk 2 kutub dengan muatan yang berlawanan (δ+ dan δ-) menyebabkan terbentuknya suatu dipol. Semakin besar perbedaan keelektronegatifan atom-atom dalam suatu molekul, menyebabkan molekul tersebut bersifat semakin polar.Contoh : HCl keelektronegatifan H=2,1 dan Cl=2,8 maka H cenderung bermuatan positif (H+) dan Cl cenderung bermuatan negatif (Cl-), sehingga terjadi 2 kutub (dipol). Catatan : Jika dicampurkan dengan pelarut akan larut. Jika senyawa yang ion-ionnya bermuatan sama (δ+ dan δ+) atau (δ- dan δ-) tidak ada perbedaan keelektronegatifan (perbedaan keelektronegatian = 0), sehingga tidak terbentuk muatan / dipol. Jika dilarutkan terjadi pengendapan
Terimakasih atas informasi mengenai materi kimia organik fisik ini membuat saya bisa memahami lebih baik utk materi tersebut :)
BalasHapus